Sabtu, 20 Oktober 2012

oksidentalisme


KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan Puji serta Syukur kehadirat Allah SWT. Dengan qodrat dan Irodat-Nya kami pun bisa mengerjakan dan menyusun makalah ini tanpa hambatan apapun. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. kepada keluarganya, shahabat-shahabatnya, thabi’in, thabi’it-thabitnya hingga pada kita semua yang sellau mengharapkan syafaatnya. aamiin
Dalam makalah ini penyusun mencoba memaparkan sedikit banyaknya mengenai Pemikiran Hassan Hanafi yaitu Oksidentalisme di dalam ranah Filsafat Islam Kontemporer.
Kami ucapkan terimakasih kepada  kedua orang tua kami yang selalu mendo’akan kami, termasuk pada dosen kami Bapak Nursomad Kamba, M. Ag, yang sudah mengajarkan kami tentang makalah ini. tidak lupa kepada rekan-rekan seperjuangan yang sudah berkenan membantu kami.

Bandung, 12 Oktober 2012

Penyusun


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 3
1.1. Latar Belakang.......................................................................... 3
1.2. Rumusan Masalah.................................................................... 3
1.3. Tujuan Pembahsana Masalah.................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 4
2.1.     Biografi Hassan Hanafi........................................................ 4
2.2.     Ontologi Oksidentalisme...................................................... 4
2.3.     Epistemologi Oksidentalisme............................................... 7
2.4.      Aksiologi Oksidentalisme.................................................... 8
BAB III PENUTUP................................................................................... 10
            3.1.       Kesimpulan.......................................................................  10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 11



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang
Filosof di dunia ini banyak sekali, dengan berbagai ide atau agagasannya mereka mencoba menggali hakikat sesuatu dengan konsep dasar ontologi, epistemologi dan aksiologi yang berbeda-beda. Mereka saling mengkritik satu sama lainnya, untuk mendapatkan hakikat yang lebih bisa diterima oleh semua kalangan masyarakat. Mulai dari filosof yang berkembang di Barat hingga Timur. Walau objek kajian mereka sama namun dalam hasilnya pasti ada perbedaan walau kadang perbedaan itu tidak signifikan. Ketika muncul Orientalisme sebagai lawannya muncul pulalah Oksidentalisme. Dimana paham ini dicetuskan oleh Hassan Hanafi.
1.2.      Rumusan Masalah
a.       Siapakah Hassan Hanafi itu?
b.      Apa Oksidentalisme itu?
c.       Bagaimana Oksidentalisme itu?
d.      Untuk apa Oksidentalisme itu?
1.3.      Tujuan Pembahasan Masalah
a.       Untuk mengetahui Siapakah Hassan Hanafi itu
b.      Untuk mengetahui Siapakah Apa Oksidentalisme itu
c.       Untuk mengetahui Siapakah Bagaimana Oksidentalisme itu
d.      Untuk mengetahui Siapakah Untuk apa Oksidentalisme itu
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.      Bografi Hassan Hanafi
Hassan Hanafi lahir pada 13 Februari 1935 di Kairo, Dia merupakan seorang pemikir Hukum Islam dan professor filsafat terkemuka di Mesir yang menguasai tiga bahasa sekaligus: Arab, Prancis, dan Inggris. Sehingga buku dan karya ilmiahnya pun menggunakan tiga bahasa tersebut. Dia memperoleh gelar sarjana muda dalam bidang filsafat dari University of Cairo 1956. Tahun 1966 Dia mengntongi gelar Doktor dari La Sorbonne Prancis. Selama studi di Prancis Dia menjadi guru bahasa Arab di Ecole des Langues Orientales, Paris. Setelah selesai studi di Prancis. Dia kembali ke Mesir untuk menjabat staf pengajar diUniversitas Kairo jurusan Filsafat, untuk kuliah Pemikiran Kristen Abad Pertengahan dan Filsafat Islam. Reputasi internasionalnya sebagai pemikir muslim terkemuka mengantarkannya pada beberapa jabatan Guru Besar luar biasa (Visiting prifesor) di berbagai perguruan tinggi asing, seperti Belgia (1970), AS (1971-1975), Kuwait (1979), Maroko (1982-1984), Jepang (1984-1985), dan Uni Emirat Arab (1985).[1]
2.2.      Ontologi Oksidentalisme
Hassan Hanafi pada akhir dekade abad abad ke-20, muncul sebagai ikon dari oksidentalisme (‘ilm al-istighrab), karena perannya menyistemasikan oksidentalisme dan menjadikannya sebagai proyek peradaban yang terencana. Pemikiran tersebut menjadi genre (ciri) baru dalam pemikiran filsafat Islam kontemporer. Kajian tersebut dituangkan dalam salah satu karyanya, Muqaddimah fi ‘Ilm al-istighrab tahun 1991. Buku ini, memaparkan tentang oksidentalisme yang dimana merupakan diskursus tandingan terhadap orientalisme. Oksidentalisme disini dimaksudkan sebagai suatu kajian otoritatif (penguasaan) yang memerlakukan Barat sebagai objek pengetahuan, memelajari perkembangan dan strukturnya, dan pada akhirnya menghilangkan dominasi Barat atas kaum Muslim.[2]
Gagasan Hanafi tentang oksidentalisme dimana sebagai tandingan orientalisme, yang merupakan filsafat klasik sebagai hasil dan sekaligus semakin mendorong kolonialisme atas dunia Timur oleh Barat, sebenarnya paham atau gagasan ini sudah dikemukakan sejak tahun 1981, yang dituangkan dalam jurnalnya (terbit pertama dan terakhir) al-Yasar al-Islam; Kitabat fi al-Islamiyyah. Namun, rumusan yang terperinci dan sistematisnya baru tertuang dalam buku Muqaddimah-nya tersebut, dengan ketebalan lebih dari 800 halaman.[3]
            Perlu kita ketahui bahwasannya paham oksidentalisme ini merupakan bagian dari proyek besar dan ambisi raksasa keintelektualan Hanafi, dikenal dengan al-turats wa al-tajdid (tradisi dan modernisasi). Al-turats (tradisi) dipresentasikan sebagai segala bentuk pemikiran umat Islam yang berasal dari masa lalu kedalam peradaban kontemporer. Sedangkan, al-tajdid (modernisasi) merupakan representasi tradisi agar sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan zaman. Dimana proyek ini sudah dituliskan secara teoritis sejak tahun 1980. Maksud dari proyek ini adalah sebagai sebuah rancangan reformasi agama yang tidak saja berfungsi sebagai kerangka kerja dalam menghadapi tantangan intlektual Barat, tetapi juga dalam rangka rekontruksi pemikiran keagamaan Islam pada umumnya. Proyek ini berdasarkan pada tiga agenda besar yang saling mengait secara dialektis. Tiga agenda besar itu adalah:[4]
1.      Melakukan rekontruksi tradisi Islam dengan interpretasi kritis dan kritik sejarah yang tercermin dalam agenda “apresiasi khazanah klasik” (mawaqifuna min al-qadim);
2.      Menetapkan kembali batas-batas kultural Barat melalui pendekatan kritis yang mencerminkan “sikap kita terhadap peradaban Barat” (mawaqifuna min al-gharib);
3.       Upaya membangun kembali sebuah hermeneutika pembebasan Al-Qur’an yang baru, yang mencakup dimensi kebudayaan dari agama dalam skala global, agenda diman memosisikan Islam sebagai fondasi ideologis bagi kemanusiaan modern. Agenda ini mencerminkan “sikap kita terhadap realita” (mawaqifuna min al-waqi).
Ketiga agenda besar diatas menurut  Hanafi dianggap merefleksikan dialektika tringular yang membentuk “ego” (al-ana), yang berhubungan dengan “ego lain” (al-akhar), tradisi klasik (al-turats al-qadim) atau dalam realitas kontemporer (al-waqi’ al-mubasyir). Ketiga agenda besar diatas dalam proyek sistematisasi dan teoritisasinya akan melibatkan 13 bagian besar , yaitu 7 agenda pertama (dalam buku Min al-‘Aqidah ila al-Tsaurah: Muhawalah li I’adah ‘Ilm Ushul al-Din), 3 agenda kedua (dalam bukunya Muqaddimah), dan 3 agenda ketiga (metodologi tafsir al-manahij).[5]
2.3.      Epistemologi Oksidentalisme
Secara hakikat atau ontologi oksidentalisme ini merupakan epistemologi akan agenda Hanafi yang kedua, tentang sikap kita terhadap peradaban Barat, dimana termaktub dalam kitab Muqaddimah. Namun, perlu kita ingat bahwa semua isme (pemikiran) pasti adanya epistemologinya. Adapun metode atau cara untuk memahami oksidentalisme ini adalah sebagai berikut:[6]
1.      Membebaskan diri dari pengaruh pihak lain sehingga lahir kesetaraan antara dunia Timur dengan Barat.
2.      Pembacaan ulang atas tradisi klasik sekaligus tradisi Barat dimaksudkan untuk memberikan penjelasan betapa oksidentalisme berbeda secara signifikan dengan orientalisme. Oksidentalisme tidak diarahkan menjadi kekuatan imperialisme sebuah tradisi yang dibenamkan ke dalam kesadaran tradisi lain, sebagaimana yang telah digunakan secara manipulatif oleh kaum orientalis melalui kolonialismenya. Prinsip metodologis yang sistemik ini dimaksudkan agar arah transformasi sosial masyarakat menemukan landasan pijaknya yang berakar dan melembaga dalam tradisi, tetapi tetap diorientasikan pada progresivitas melaui pembacaan secara kritis sumber-sumber kemajuan peradaban Barat.
3.      Epistemologi Relasional untuk pembebasan diri dari berbagai bentuk dominasi sehingga terjalin hubungan dialektis antara dunia Timur sebagai al-ana dengan dunia Barat sebagai al-akhar. Menolak segala macam dominasi yang menyebut bahwa Barat adalah “mitos”, atau “pusat dunia” sekaligus “pusat pengetahuan”. Dalam setiap peradaban selalu ada ego dan the other. Tidak ada kekuatan tunggal yang bersifat monolitik sebagai klaim kebenaran rasional universal. Untuk meruntuhkan superioritas tersebut harus dijalankan ide demitologisasi Barat.
2.4.      Aksiologi Oksidentalisme
Dengan paham ini, jika telah menjadi mainstream  di kalangan muslim, Hanafi berharap bisa mencapai nilai atau target sebagai berikut:[7]
1.      Kontrol dan pembendungan atas kesadaran Eropa dari awal sampai akhir;
2.      Memelajari kesadaran Eropa dalam kapasitas sebagai sejarah, bukan sebagai kesadaran yang berada di luar sejarah (kharij al-tarikh);
3.      Mengembalikan Barat ke batas alamiah, mengakhiri perang budaya, menghentikan ekspansi tanpa batas, mengembalikan filsafat Barat pada wilayah kelahirannya, sehingga tampak jelas partikulasinya;
4.      Menghapuskan mitos “kebudayaan komsmoplit”, menemukan spesifikasi bangsa-bangsa dunia dengan tipologi peradaban masing-masing;
5.      Membuka jalan bagi terciptanya inovasi bangsa non-Barat, dan membebaskannya dari akal Barat yang menghalangi nurani;
6.      Menghapus rasa rendah diri pada bangsa non-Barat;
7.      Melakukan penulisan ulang sejarah agar semaksimal mungkin dapat mewujudkan persamaan bagi seluruh bangsa;
8.      Permulaan filsafat sejarah baru yang dimulai dari Timur; ditemukan siklus peradaban dan hukum evolusi secara komprehensif;
9.      Mengakhiri orientalisme, menempatkan Timur sebagai subjek;
10.  Menciptakan ilmu oksidentalisme sebagai ilmu pengetahuan yang akurat;
11.  Membentuk peneliti-peneliti muslim yang memelajari peradabannya dari perspektifnya sendiri, dan mengkaji peradaban lain secara netral;
12.  Dimulainya generasi pemikir baru yang dapat disebut “filosof”, pascagenerasi pelopor di era kebangkitan;
13.  Lahirnya generasi yang mampu melepaskan umat Islam dari belenggu penjajahan budaya dan ilmu pengetahuan serta teknologi;
14.  Dengan oksidentalisme, manusia akan mengalami era baru dimana tidak ada lagi penyakit realisme terpendam.


BAB III
PENUTUP

3.1.            Kesimpulan
a.       Hassan Hanafi lahir pada 13 Februari 1935 di Kairo, Dia merupakan seorang pemikir Hukum Islam dan professor filsafat terkemuka di Mesir yang menguasai tiga bahasa sekaligus: Arab, Prancis, dan Inggris. Sehingga buku dan karya ilmiahnya pun menggunakan tiga bahasa tersebut.
b.      Ontologi Oksidentalisme disini dimaksudkan sebagai suatu kajian otoritatif (penguasaan) yang memerlakukan Barat sebagai objek pengetahuan, memelajari perkembangan dan strukturnya, dan pada akhirnya menghilangkan dominasi Barat atas kaum Muslim.
c.       Epistemologi Oksidentalisme adalah: Membebaskan diri dari pengaruh pihak lain, Pembacaan ulang atas tradisi klasik sekaligus tradisi Barat, dan Epistemologi Relasional.
d.      Aksiologi Oksidentalisme adalah: Kontrol dan pembendungan atas kesadaran Eropa dari awal sampai akhir; Menghapus rasa rendah diri pada bangsa non-Barat; dll



DAFTAR PUSTAKA

K. H. M. Solikhin. 2008. Filsafat dan Metafisika dalam Islam. Yogyakarta: Penerbit Narasi. cet. 1

Laftlaft Etikazisme , Oksidentalisme Hasan Hanafi, diunduh dari: http:// Laftlaft Etikazisme  Oksidentalisme Hasan Hanafi. htm, tanggal: 12 Oktober 2012, pukul. 17.00 WIB











[1] K. H. M. Solikhin, Filsafat dan Metafisika dalam Islam, (Yogyakarta: Penerbit Narasi, 2008), cet. 1, hlm. 255
[2] Ibid., hlm. 254-255
[3] Ibid., hlm. 255
[4] Ibid., hlm. 257-258
[5] Ibid., hlm. 258
[6] Laftlaft Etikazisme , Oksidentalisme Hasan Hanafi, diunduh dari: http:// Laftlaft Etikazisme  Oksidentalisme Hasan Hanafi. htm, tanggal: 12 Oktober 2012, pukul. 17.00 WIB
[7] Ibid., hlm. 261

Tidak ada komentar:

Posting Komentar