KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan Puji serta Syukur
kehadirat Allah SWT. Dengan qodrat dan Irodat-Nya kami pun bisa mengerjakan dan
menyusun makalah ini tanpa hambatan apapun. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. kepada keluarganya,
shahabat-shahabatnya, thabi’in, thabi’it-thabitnya hingga pada kita semua yang
sellau mengharapkan syafaatnya. aamiin
Dalam makalah ini penyusun mencoba memaparkan
sedikit banyaknya mengenai Pemikiran Hassan Hanafi yaitu Oksidentalisme di
dalam ranah Filsafat Islam Kontemporer.
Kami ucapkan terimakasih kepada kedua orang tua kami yang selalu mendo’akan
kami, termasuk pada dosen kami Bapak Nursomad Kamba, M. Ag, yang sudah
mengajarkan kami tentang makalah ini. tidak lupa kepada rekan-rekan
seperjuangan yang sudah berkenan membantu kami.
Bandung,
12 Oktober
2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..................................................................................... 1
DAFTAR
ISI................................................................................................. 2
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................... 3
1.1. Latar Belakang.......................................................................... 3
1.2. Rumusan
Masalah.................................................................... 3
1.3. Tujuan Pembahsana
Masalah.................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 4
2.1. Biografi Hassan Hanafi........................................................
4
2.2. Ontologi Oksidentalisme......................................................
4
2.3. Epistemologi
Oksidentalisme............................................... 7
2.4. Aksiologi Oksidentalisme....................................................
8
BAB III
PENUTUP................................................................................... 10
3.1. Kesimpulan....................................................................... 10
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................ 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Filosof di dunia ini banyak sekali, dengan berbagai ide
atau agagasannya mereka mencoba menggali hakikat sesuatu dengan konsep dasar
ontologi, epistemologi dan aksiologi yang berbeda-beda. Mereka saling mengkritik
satu sama lainnya, untuk mendapatkan hakikat yang lebih bisa diterima oleh
semua kalangan masyarakat. Mulai dari filosof yang berkembang di Barat hingga
Timur. Walau objek kajian mereka sama namun dalam hasilnya pasti ada perbedaan
walau kadang perbedaan itu tidak signifikan. Ketika muncul Orientalisme sebagai
lawannya muncul pulalah Oksidentalisme. Dimana paham ini dicetuskan oleh Hassan
Hanafi.
1.2. Rumusan
Masalah
a.
Siapakah Hassan Hanafi
itu?
b.
Apa Oksidentalisme itu?
c.
Bagaimana Oksidentalisme
itu?
d.
Untuk apa Oksidentalisme
itu?
1.3. Tujuan Pembahasan Masalah
a.
Untuk mengetahui Siapakah
Hassan Hanafi itu
b.
Untuk mengetahui Siapakah
Apa Oksidentalisme itu
c.
Untuk mengetahui Siapakah
Bagaimana Oksidentalisme itu
d.
Untuk mengetahui Siapakah
Untuk apa Oksidentalisme itu
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Bografi Hassan Hanafi
Hassan Hanafi lahir pada
13 Februari 1935 di Kairo, Dia merupakan seorang pemikir Hukum Islam dan
professor filsafat terkemuka di Mesir yang menguasai tiga bahasa sekaligus:
Arab, Prancis, dan Inggris. Sehingga buku dan karya ilmiahnya pun menggunakan
tiga bahasa tersebut. Dia memperoleh gelar sarjana muda dalam bidang filsafat
dari University of Cairo 1956. Tahun 1966 Dia mengntongi gelar Doktor
dari La Sorbonne Prancis. Selama studi di Prancis Dia menjadi guru bahasa Arab
di Ecole des Langues Orientales, Paris. Setelah selesai studi di
Prancis. Dia kembali ke Mesir untuk menjabat staf pengajar diUniversitas Kairo
jurusan Filsafat, untuk kuliah Pemikiran Kristen Abad Pertengahan dan Filsafat
Islam. Reputasi internasionalnya sebagai pemikir muslim terkemuka
mengantarkannya pada beberapa jabatan Guru Besar luar biasa (Visiting
prifesor) di berbagai perguruan tinggi asing, seperti Belgia (1970), AS
(1971-1975), Kuwait (1979), Maroko (1982-1984), Jepang (1984-1985), dan Uni
Emirat Arab (1985).[1]
2.2. Ontologi Oksidentalisme
Hassan Hanafi pada akhir dekade abad abad ke-20, muncul sebagai ikon dari oksidentalisme (‘ilm
al-istighrab), karena perannya menyistemasikan oksidentalisme dan
menjadikannya sebagai proyek peradaban yang terencana. Pemikiran tersebut
menjadi genre (ciri) baru dalam pemikiran filsafat Islam kontemporer.
Kajian tersebut dituangkan dalam salah satu karyanya, Muqaddimah fi ‘Ilm
al-istighrab tahun 1991. Buku ini, memaparkan tentang oksidentalisme yang
dimana merupakan diskursus tandingan terhadap orientalisme. Oksidentalisme
disini dimaksudkan sebagai suatu kajian otoritatif (penguasaan) yang memerlakukan
Barat sebagai objek pengetahuan, memelajari perkembangan dan strukturnya, dan
pada akhirnya menghilangkan dominasi Barat atas kaum Muslim.[2]
Gagasan Hanafi tentang oksidentalisme dimana
sebagai tandingan orientalisme, yang merupakan filsafat klasik sebagai hasil
dan sekaligus semakin mendorong kolonialisme atas dunia Timur oleh Barat,
sebenarnya paham atau gagasan ini sudah dikemukakan sejak tahun 1981, yang
dituangkan dalam jurnalnya (terbit pertama dan terakhir) al-Yasar al-Islam;
Kitabat fi al-Islamiyyah. Namun, rumusan yang terperinci dan sistematisnya
baru tertuang dalam buku Muqaddimah-nya tersebut, dengan ketebalan lebih
dari 800 halaman.[3]
Perlu
kita ketahui bahwasannya paham oksidentalisme ini merupakan bagian dari proyek
besar dan ambisi raksasa keintelektualan Hanafi, dikenal dengan al-turats wa
al-tajdid (tradisi dan modernisasi). Al-turats (tradisi)
dipresentasikan sebagai segala bentuk pemikiran umat Islam yang berasal dari
masa lalu kedalam peradaban kontemporer. Sedangkan, al-tajdid (modernisasi)
merupakan representasi tradisi agar sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan zaman.
Dimana proyek ini sudah dituliskan secara teoritis sejak tahun 1980. Maksud
dari proyek ini adalah sebagai sebuah rancangan reformasi agama yang tidak saja
berfungsi sebagai kerangka kerja dalam menghadapi tantangan intlektual Barat,
tetapi juga dalam rangka rekontruksi pemikiran keagamaan Islam pada umumnya. Proyek
ini berdasarkan pada tiga agenda besar yang saling mengait secara dialektis.
Tiga agenda besar itu adalah:[4]
1. Melakukan
rekontruksi tradisi Islam dengan interpretasi kritis dan kritik sejarah yang
tercermin dalam agenda “apresiasi
khazanah klasik” (mawaqifuna min al-qadim);
2. Menetapkan
kembali batas-batas kultural Barat melalui pendekatan kritis yang mencerminkan “sikap
kita terhadap peradaban Barat” (mawaqifuna min al-gharib);
3. Upaya membangun kembali sebuah hermeneutika pembebasan
Al-Qur’an yang baru, yang mencakup dimensi kebudayaan dari agama dalam skala
global, agenda diman memosisikan Islam sebagai fondasi ideologis bagi
kemanusiaan modern. Agenda ini mencerminkan “sikap kita terhadap realita” (mawaqifuna
min al-waqi).
Ketiga agenda besar diatas menurut Hanafi dianggap merefleksikan dialektika
tringular yang membentuk “ego” (al-ana), yang berhubungan dengan “ego
lain” (al-akhar), tradisi klasik (al-turats al-qadim) atau dalam
realitas kontemporer (al-waqi’ al-mubasyir). Ketiga agenda besar diatas dalam
proyek sistematisasi dan teoritisasinya akan melibatkan 13 bagian besar , yaitu
7 agenda pertama (dalam buku Min al-‘Aqidah ila al-Tsaurah: Muhawalah li
I’adah ‘Ilm Ushul al-Din), 3 agenda kedua (dalam bukunya Muqaddimah),
dan 3 agenda ketiga (metodologi tafsir al-manahij).[5]
2.3. Epistemologi Oksidentalisme
Secara hakikat atau ontologi oksidentalisme ini merupakan
epistemologi akan agenda Hanafi yang kedua, tentang sikap kita terhadap
peradaban Barat, dimana termaktub dalam kitab Muqaddimah. Namun, perlu
kita ingat bahwa semua isme (pemikiran) pasti adanya epistemologinya. Adapun
metode atau cara untuk memahami oksidentalisme ini adalah sebagai berikut:[6]
1.
Membebaskan diri dari pengaruh pihak lain
sehingga lahir kesetaraan antara dunia Timur dengan Barat.
2.
Pembacaan ulang atas tradisi klasik sekaligus
tradisi Barat dimaksudkan untuk memberikan penjelasan betapa oksidentalisme
berbeda secara signifikan dengan orientalisme. Oksidentalisme tidak diarahkan
menjadi kekuatan imperialisme sebuah tradisi yang dibenamkan ke dalam kesadaran
tradisi lain, sebagaimana yang telah digunakan secara manipulatif oleh kaum
orientalis melalui kolonialismenya. Prinsip metodologis yang sistemik ini
dimaksudkan agar arah transformasi sosial masyarakat menemukan landasan
pijaknya yang berakar dan melembaga dalam tradisi, tetapi tetap diorientasikan
pada progresivitas melaui pembacaan secara kritis sumber-sumber kemajuan
peradaban Barat.
3.
Epistemologi Relasional untuk pembebasan diri
dari berbagai bentuk dominasi sehingga terjalin hubungan dialektis antara dunia
Timur sebagai al-ana dengan dunia Barat sebagai al-akhar.
Menolak segala macam dominasi yang menyebut bahwa Barat adalah “mitos”, atau
“pusat dunia” sekaligus “pusat pengetahuan”. Dalam setiap peradaban selalu ada ego
dan the other. Tidak ada kekuatan tunggal yang bersifat monolitik
sebagai klaim kebenaran rasional universal. Untuk meruntuhkan superioritas tersebut
harus dijalankan ide demitologisasi Barat.
2.4. Aksiologi Oksidentalisme
Dengan paham ini, jika telah menjadi mainstream di kalangan muslim, Hanafi berharap bisa
mencapai nilai atau target sebagai berikut:[7]
1.
Kontrol dan pembendungan
atas kesadaran Eropa dari awal sampai akhir;
2.
Memelajari kesadaran Eropa
dalam kapasitas sebagai sejarah, bukan sebagai kesadaran yang berada di luar
sejarah (kharij al-tarikh);
3.
Mengembalikan Barat ke
batas alamiah, mengakhiri perang budaya, menghentikan ekspansi tanpa batas,
mengembalikan filsafat Barat pada wilayah kelahirannya, sehingga tampak jelas
partikulasinya;
4.
Menghapuskan mitos
“kebudayaan komsmoplit”, menemukan spesifikasi bangsa-bangsa dunia dengan
tipologi peradaban masing-masing;
5.
Membuka jalan bagi
terciptanya inovasi bangsa non-Barat, dan membebaskannya dari akal Barat yang
menghalangi nurani;
6.
Menghapus rasa rendah diri
pada bangsa non-Barat;
7.
Melakukan penulisan ulang
sejarah agar semaksimal mungkin dapat mewujudkan persamaan bagi seluruh bangsa;
8.
Permulaan filsafat sejarah
baru yang dimulai dari Timur; ditemukan siklus peradaban dan hukum evolusi
secara komprehensif;
9.
Mengakhiri orientalisme,
menempatkan Timur sebagai subjek;
10. Menciptakan ilmu oksidentalisme sebagai ilmu pengetahuan
yang akurat;
11. Membentuk peneliti-peneliti muslim yang memelajari
peradabannya dari perspektifnya sendiri, dan mengkaji peradaban lain secara
netral;
12. Dimulainya generasi pemikir baru yang dapat disebut
“filosof”, pascagenerasi pelopor di era kebangkitan;
13. Lahirnya generasi yang mampu melepaskan umat Islam dari
belenggu penjajahan budaya dan ilmu pengetahuan serta teknologi;
14. Dengan oksidentalisme, manusia akan mengalami era baru
dimana tidak ada lagi penyakit realisme terpendam.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
a.
Hassan Hanafi lahir pada 13 Februari 1935 di Kairo, Dia
merupakan seorang pemikir Hukum Islam dan professor filsafat terkemuka di Mesir
yang menguasai tiga bahasa sekaligus: Arab, Prancis, dan Inggris. Sehingga buku
dan karya ilmiahnya pun menggunakan tiga bahasa tersebut.
b.
Ontologi Oksidentalisme
disini dimaksudkan sebagai suatu kajian otoritatif (penguasaan) yang
memerlakukan Barat sebagai objek pengetahuan, memelajari perkembangan dan
strukturnya, dan pada akhirnya menghilangkan dominasi Barat atas kaum Muslim.
c.
Epistemologi
Oksidentalisme adalah: Membebaskan diri dari pengaruh pihak lain, Pembacaan ulang atas tradisi klasik sekaligus
tradisi Barat, dan Epistemologi Relasional.
d.
Aksiologi
Oksidentalisme adalah: Kontrol dan pembendungan atas kesadaran Eropa dari awal
sampai akhir; Menghapus rasa rendah diri pada bangsa non-Barat; dll
DAFTAR PUSTAKA
K. H. M. Solikhin. 2008. Filsafat dan
Metafisika dalam Islam. Yogyakarta: Penerbit Narasi. cet. 1
Laftlaft Etikazisme , Oksidentalisme Hasan Hanafi, diunduh
dari: http:// Laftlaft
Etikazisme Oksidentalisme Hasan Hanafi.
htm, tanggal: 12 Oktober 2012, pukul. 17.00 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar