KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah
Subhanahuwata`ala. Sebab, dengan Qadrat dan Iradat-Nya lah penyusun bisa
menyusun proposal ini. Salawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan
kepada junjungan kita yakni, Nabi muhammad Sallaahu`alaihiwa`alaihiwasallam.
Kepada keluarganya, shabat-shabatnya, kepada thai`in wal thabi`it-thabi`itnya,
hingga sampai kepada kita selaku umatnya yang insyaallah hingga akhir zaman
memegang amanahnya. Aamiin yaa rabbal `alamin.
Makalah ini
sedikit banyaknya akan membahas tentang ma’rifatullah. Ditinjau dari berbagai
aspek terutama dengan menggunakan pendekatan filosofis.
Penyusun berharap
makalah ini bisa menjadi sebuah karya tulis yang memiliki kemanfa’atan baik
segi hakikat maupun syari’atnya.
Penyusun ucapkan
terimakasih kepada sahabat-sahabat klaster UIN 1 atas do’a nya sehingga makalah
ini bisa terselesaikan tanpa ada halangan yang berarti memfatalkan.
Garut, 3 Robiul Awal 1434
H
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar........................................................................................... 1
Daftar
Isi.................................................................................................... 2
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................... 3
1.1. Latar
Belakang................................................................... 3
1.2. Rumusan
Masalah.............................................................. 3
1.3. Tujuan Pembahsan Masalah............................................... 4
BAB II
PEMBAHASAN.......................................................................... 5
2.1. Definisi
Ma’rifatullah........................................................ 5
2.2. Cara-Cara
menggapai Ma’rifatullah.................................. 6
2.3. Urgensi
Ma’rifatullah........................................................ 15
BAB III
PENUTUP..................................................................................
21
3.1. Kesimpulan........................................................................
21
3.2. Saran..................................................................................
22
DAFTAR
PUSTAKA...............................................................................
23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Keindahan cinta yang hakiki bagi seorang muslim adalah
ketika mencintai Allah swt., yang dimana fondasi yang pertama kali dibangun
adalah dengan ma’rifatullah (mengenal Allah). Bagi seorang muslim ma’rifatullah
ini adalah salah satu bekal yang harus disediakan supaya bisa menggapai
prestasi yang setinggi-tingginya. Sebaliknya tanpa ma’rifatullah seorang muslim
akan kehilangan keyakinan dan keteguhan hati dalah menjalani hidup dan
kehidupannya.[1]
Makalah ini sedikit banyaknya akan membahas tentang
ma’rifatullah. Dengan menggunakan analisis pendekatan filosofis dalam ruang
lingkup ontologi (hakikat/pengertian), epistemoliogi (metode/cara-cara),
aksiologi (nilai guna/manfaat). Adapun untuk lebih jelasnya bisa dibaca dibab
berikutnya.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diats, maka rumusan
masalahanya adalah sebagai berikut:
1.
Apakah ma’rifatullah itu?
2.
Bagaimanakah cara untuk berma’rifatullah itu?
3.
Untuk apakah ma’rifatullah itu?
1.3. Tujuan Pembahasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan
pembahasan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui definisi ma’rifatullah
2.
Mengetahui cara untuk berma’rifatullah
3.
Mengetahui urgensi ma’rifatullah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Ma’rifatullah
Ma’rifatullah dan mahabbatullah adalah wilayah rahasia
ilahiyah, dimana secara syari’at seorang hamba harus menyambutnya dengan
muraqabah (fokus hati hanya kepada Allah), barulah seseorang bisa
ma’rifatullah. Jika ada yang mengaku ma’rifat, karena dia tahu sak jeruning
winarah atau tahu prediksi masa depan atau bisa memasuki masa lalu, itu bukan
ma’rifat. Hanya mu’kasyafah saja, sebagai awal kelas atau tingkat dari
perjalanan ma’rifat.[2]
Mengenal Allah swt. (ma’rifatullah) adalah landasan
tempat berdirinya Islam secara keseluruhan. Tanpa adanya ma’rifat ini, seluruh
amal ibadah dalam Islam atau untuk Islam menjadi tidak memiliki nilai hakiki.
Karena ma’rifat itu adalah ruh dari segala amal ibadah.[3]
Ma’rifatullah adalah pengarah yang akan meluruskan
orientasi atau juga sudut pandang hidup dari seorang muslim, sehingga timbul
keyakinan dalam diri bahwa dia ada didunia ini bukan untuk siapa-siapa
melainkan Allah swt.. jika seseorang menegakkan prinsip-prinsip ma;rifatullah
dalam kehidupannya maka Allah swt. dengan kekuasaannya akan menundukan alam
semesta sebagai fasilitas ini untuk melayaninya hingga dapat dengan mudah
menghadapi segala urusan lebih jauhnya akan diberikan sebuah anugerah ru’yah
shadiqah (penglihatan hati yang benar).[4]
Ma’rifat al-nafs mengandung arti mengenal diri dan
ma’rifatullah adalah mengenal Allah, maka mengenal diri adalah jalan untuk
mengenal Allah. Ma’rifatullah, menurut Al-Ghazali, adalah “Fitah bagi setiap
orang, dan pengetahuan yang benar tentang segala sesuatu bermula dari
pengetahuan akan Allah.”[5]
2.2. CARA-CARA
MENGGAPAI MA’RIFATULLAH
Cara untuk bisa menggapai ma’rifatullah adalah
dengan membebaskan diri kita dari beberapa hal berikut:[6]
1.
Bebaskan Diri
Dari Kesombongan
“Aku
akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa
alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. mereka jika melihat tiap-tiap
ayat(Ku)[7], mereka tidak beriman
kepadanya. dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka
tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus
memenempuhnya. yang demikian itu adalah Karena mereka mendustakan ayat-ayat
kami dan mereka selalu lalai dari padanya.” (Q. S.
Al-Araaf: 146)
2.
Bebaskan Diri
Dari Kedzaliman dan Dusta
“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang
yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada Islam? dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.” (Q. S.
Ass-Shaff: 7)
“Ingatlah,
Hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang
mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka
melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-
dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa
yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang
yang pendusta dan sangat ingkar.” (Q. S. Az-Zumar: 3)
3.
Bebaskan Diri
Dari Tindakan Merusak Bumi, Melanggar Perjanjian Dan Memutuskan Hubungan Yang
Seharusnya Disambung
“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat
perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu.[8]
adapun orang-orang yang beriman, Maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar
dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud
Allah menjadikan Ini untuk perumpamaan?." dengan perumpamaan itu banyak
orang yang disesatkan Allah,[9]
dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan
tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik. (yaitu)
orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan
memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya
dan membuat kerusakan di muka bumi. mereka Itulah orang-orang yang rugi.” (Q. S.
Al-Baqarah: 26-27)
4.
Bebaskan Diri
Dari Kelalaian
Jika kita ingin agar tanda-tanda kekuasaan
Allah itu seluruhnya tampak bagi kita, sebagian dari tanda-tanda itu ada yang
langsung tampak saat manusia merenungkannya, jika ada halangan baginya. Ada
juga yang memerlukan sekedar penggunaan rasio. Contoh hal adalah seluruh ayat
dalam al-Qur’an. Allah berfirman tentang ayat-ayat ini.
“Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi
dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. dan menjadikan padanya
semua buah-buahan berpasang-pasangan,[10] Allah menutupkan
malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (Q. S. Ar-Ra’d: 3)
“Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau,
Maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Q. S. Ali
Imran: 190-191)
Orang yang berpaling dari Allah adalah
semata-mata didorong oleh kelalaiannya. Kelalaiannya itu sendiri disebabkan
oleh sifat main-mainnya. Kehidupan dunia, seluruhnya, adalah permainan dan
senda gurau.
“Sesungguhnya
kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. dan jika kamu beriman dan
bertakwa, Allah akan memberikan pahala keppadamu dan dia tidak akan memint
harta-hartamu.” (Q. S. Muhammad: 36)
“Telah
dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada
dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya). Tidak datang kepada mereka suatu
ayat Al Quran pun yang baru (di-turunkan) dari Tuhan mereka, melainkan mereka
mendengarnya, sedang mereka bermain-main. (lagi) hati mereka dalam keadaan
lalai. dan mereka yang zalim itu merahasiakan pembicaraan mereka: "Orang
Ini tidak lain hanyalah seorang manusia (jua) seperti kamu, Maka apakah kamu
menerima sihir itu,[11] padahal kamu
menyaksikannya?" (Q. S. Al-Anbiyaa: 1-3)
5.
Bebaskan Diri
Dari Perbuatan Dosa
“Sekali-kali
tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati
mereka.” (Q. S. Al-Mutaffiffin: 14)
“Demikianlah,
kami mamasukkan (rasa ingkar dan memperolok-olokkan itu) kedalam hati
orang-orang yang berdosa (orang-orang kafir). Mereka tidak beriman kepadanya
(Al Quran) dan Sesungguhnya Telah berlalu sunnatullah terhadap orang-orang
dahulu.[12]” (Q. S.
Al-Hijr: 12-13)
6.
Bebaskan Diri
Dari Keraguan Dalam Menerima Kebenaran, Saat Melihat Dengan Amat Jelas
“Dan
(begitu pula) kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum
pernah beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan kami biarkan mereka
bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.” (Q. S.
Al-An’aam: 110)
Ketika kita telah berhasil membebaskan diri
kita dari semua hal itu, tanda-tanda kekuasaan Allah akan tampak bersinar
memancar sehingga menyinari seluruh sisi hati, setelah hati tersebut disiapkan
untuk menerima cahaya. Akan tetapi, jika hati yang dimiliki adalah hati setan,
tentunya akan sangat jauh sekali untuk dapat meraih hidayah dari Allah itu. Ini
karena awan yang pekat menghalanginya dari sinaran mentari hidayah. Penyakit
dimatanya menghalanginya untuk melihat. Ketuliannya membuat ia tidak dapat
mendengar. Kesalahannya bukan pada air tawar, saat orang sakit meminumnya dan
merasakannya asin, tetapi pada dirinya yang sakit, yang membuat ia merasakan
seperti itu.
“Hari rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh
orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu diantara
orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka:"Kami Telah beriman",
padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi.
(orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong[13]
dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang
kepadamu;[14]
mereka merobah[15]
perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. mereka mengatakan:
"Jika diberikan Ini (yang sudah di robah-robah oleh mereka) kepada kamu,
Maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan Ini Maka hati-hatilah".
barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, Maka sekali-kali kamu tidak
akan mampu menolak sesuatupun (yang datang) daripada Allah. mereka itu adalah
orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. mereka beroleh
kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.”(Q. S. Al-Maa’idah: 41)
Dengan demikian, rahasia selalu terletak pada diri
manusia itu sendiri.
“Dan (Ingatlah) ketika Musa Berkata kepada kaumnya:
"Hai kaumku, Mengapa kamu menyakitiku, sedangkan kamu mengetahui bahwa
Sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepadamu?" Maka tatkala mereka
berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka;[16]
dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.” (Q. S. Ash-Shaff: 5)
2.3. URGENSI
MA’RIFATULLAH
Disisi lain ma’rifatullah pun sangatlah penting perannya
dalam merevolusi kepribadian seorang muslim untuk berubah menuju perubahan yang
dahsyat dan hakiki ketika memiliki keyakinan pribadi yang sangat kuat pada Sang
Khaliq. Dengan kekuatan dari iman itu
sendiri akan mengakibatkan orang yang pengecut menjadi pemberani, pemalas
menjadi rajin. Sehingga siapapun yang ingin perubahan yang positif serta cepat
kuncinya dalah dengan membangun keyakinan yang kuat pada Allah swt..[17]
Ma’rifat kepada Allah akan menyucikan jiwa dari sifat
buruk, seperti dendam, sum’ah (ingin didengar), riya’ (ingin
dilihat), hubb al-jah (gila kedudukan), hubb al-mal (gila harta),
dan sifat buruk lainnya. Kesucian jiwa seseorang akan mendorong dirinya supaya
terus beramal saleh. Sedangkann amal saleh akan menghapus dosa-dosa, dan
kemudian Allah akan menggantikannya dengan pahala yang berlipat ganda.[18]
Sesuai dengan yang tertera dalam surat Al-Ankabuut: 7
“Dan orang-orang yang beriman dan beramal
saleh, benar-benar akan kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan
benar-benar akan kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka
kerjakan.”(Q. S. Al-Ankabuut: 7)
Perlu kita ketahui bahwasannya kita hidup
didunia yang fana (semu dan sementara) ini, yang penuh akan kesenangan dan
kesusahan yang sesaat. Karena seumua itu yang sebenarnya akan kita rasakan
nanti di akhirat bukan di dunia. Kita di muka bumi ini diciptakan oleh Allah
swt. supaya diketahui orang yang paling benar dan baik amalannya.[19]
Sesuai dengan Q. S. Al-Mulk: 2
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia
menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Q. S. Al-Mulk: 2)
Selain itu juga Allah swt. hendak membedakan
mukmin dari yang kafir, serta mana yang ibadah kepada-Nya dan tidak. Sehingga
tidak ada alasan bagin manusia untuk menuduh Allah telah zalim pada makhluknya.[20]
Sesuai dengan firmannya:
“ Maka masing-masing (mereka itu) kami siksa
disebabkan dosanya, Maka di antara mereka ada yang kami timpakan kepadanya
hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang
mengguntur, dan di antara mereka ada yang kami benamkan ke dalam bumi, dan di
antara mereka ada yang kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak
menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.”(Q. S.
Al-Ankabuut; 40)
Dalam manifestasinya Ma’rifat kepada Allah
swt. bisa diiringi dengan:[21]
1.
Zikir lisan
mengucapkan atau mengamalkan atupun juga
membaca zikir yang sembilan, yaitu tasbih (membaca subnallah), tahmdi (membaca
alhamdulillah), takbir (membaca Allahuakbar), tahlil (membaca La Ilaha
Illallah), hauqalah (membaca Lahaula wala quwwata illa billah), istighfar
(membaca Astaghfirullah), shalawat, membaca Al-Qur’an, dan doa. Para Ulama
menamakan lima bentuk zikir lisan yang disebutkan pertama sebagai “al-baqiyat
al-shalihat”. Allah swt. berfirman:
“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan
kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik
pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”(Q. S.
Al-Kahfi: 46)
2.
Zikir Fisik
(Anggota Badan)
Memanfaatkan setiap gerak langkah di jalan
Allah swt., yaitu dengan cara melaksanakan perintah Allah swt., baik mahdhah
(langsung kepada Allah), seperti shalat, puasa, dan haji maupun ghair mahdhah
(tidak langsung kepada Allah), seperti membantu orang yang kesulitan, sedekah,
memerbaiki jalan umum, dan sebagainya.
3.
Zikir jinan
(hati)
Mengingat Allah swt. di dalam hati, baik
diwujudkan melalui lisan, tafakur (berfikir), atau tadzakkur (berzikir).
Adapun
ibadah yang mencakup ketiga macam zikir diats yaitu shalat. Shalat khusyu akan
menjamin seseorang untuk mendapat bebrapa hal sebagai berikut:[22]
1.
Meraih
Kebahagian Di Akhirat.
“ Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang
beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya.” (Q. S.
Al-Mu’minun: 1-2)
2.
Terhindar Dari
Perbuatan Jahat Dan Munkar.
“ Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu,
yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat
yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S.
Al-Ankabut: 45)
3.
Menerima
Pertolongan Dari Allah
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi
orang-orang yang khusyu'.”(Q. S. Al-Baqarah: 45)
Dijelaskan
bahwa ma’rifat akan menyucikan jiwa seseorang
yang akan mendorong munculnya amaln saleh yang akan menghapus dosa-dosa
yang melekat dalam diri. Hingga jika kita ingin hati tentram tidak mudah putus
asa dalam menjalani hidup, tentu kita harus selalu berusaha meraih ma’rifat
dari Allah swt.[23]
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini tantang
ma’rifatullah adalah sebagai berikut:
1.
Mengenal Allah swt. (ma’rifatullah) adalah landasan
tempat berdirinya Islam secara keseluruhan. Tanpa adanya ma’rifat ini, seluruh
amal ibadah dalam Islam atau untuk Islam menjadi tidak memiliki nilai hakiki.
Karena ma’rifat itu adalah ruh dari segala amal ibadah.
2.
Cara-cara menggapai ma’rifatullah:
a.
Bebaskan diri dari kesombongan
b.
Bebaskan diri dari kedzaliman dan dusta
c.
Bebaskan diri
dari tindakan merusak muka bumi, melanggar perjanjian dan memutuskan hubungan
yang seharusnya disambung
d.
Bebaskan diri
dari kelalaian
e.
Bebaskan diri
dari perbuatan dosa
f.
Bebaskan diri
dari keraguan dalam menerima kebenaran, saat melihatnya dengan amat jelas
3.
Ma’rifat kepada Allah akan menyucikan jiwa dari sifat
buruk, seperti dendam, sum’ah (ingin didengar), riya’ (ingin
dilihat), hubb al-jah (gila kedudukan), hubb al-mal (gila harta),
dan sifat buruk lainnya. Kesucian jiwa seseorang akan mendorong dirinya supaya
terus beramal saleh. Sedangkann amal saleh akan menghapus dosa-dosa, dan
kemudian Allah akan menggantikannya dengan pahala yang berlipat ganda.
3.2. Saran
Jika kita ingin diakui keimanan dan keyakinan
kita maka harus didasari dengan ma’rifat yang tinggi pula. Penuh keyakinan dan
pengaktualisasian yang nyata. Tidak ada artinya hidup ini tanpa adanya
pengabdian yang nyata terhadap Sang Khaliq. Allahuakbar!!!
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Al-Karim
K. H.
Abdullah Gymnastiar. 2022. Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu.
Jakarta: Gema Insani Press. Cet. 1
Syaih
Sa’id Hawwa. Ma’rifatullah. Bandung: Pustaka Lingkar studi Islam
ad-Difaa’
K. H.
Choer Affandi. 2007. La Tahzan Innallaha Ma’ana: Bersama Allah Si Setiap
Tempat Dan Waktu. Bandung: PT. Mizan Pustaka. Cet. 2
Muhammad
Luqman Hakim. 2009. Kedai Sufi Kang Luqman. Yogyakarta: LkiS Printing
Cemerlang. Cet. 2
Rani
Anggraeni Dewi, Menjadi Manusia Holistik, (Jakarta: PT. Mizan Publika,
2007), cet. 1
[1] K. H. Abdullah Gymnastiar, Meraih
Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu, (Jakarta: Gema Insani Press, 2022),
cet. 1, hlm. 2
[2] Muhammad Luqman Hakim, Kedai Sufi Kang
Luqman, (Yogyakarta: LkiS Printing Cemerlang, 2009), cet. 2, hlm. 292
[3] Syaih Sa’id Hawwa, Ma’rifatullah, (Bandung:
Pustaka Lingkar studi Islam ad-Difaa’), hlm. 1
[4] K. H. Abdullah Gymnastiar, Op. Cit., hlm.
2
[5] Rani Anggraeni Dewi, Menjadi Manusia Holistik, (Jakarta:
PT. Mizan Publika, 2007), cet. 1, hlm. 156
[6] Syaih Sa’id Hawwa, Op. Cit., hlm. 9-13
[7] Yang dimaksud
dengan ayat-ayat di sini ialah: ayat-ayat Taurat, tanda-tanda kebesaran dan
kekuasaan Allah.
[8] Diwaktu Turunnya surat Al Hajj ayat 73 yang
di dalamnya Tuhan menerangkan bahwa berhala-berhala yang mereka sembah itu
tidak dapat membuat lalat, sekalipun mereka kerjakan bersama-sama, dan Turunnya
surat Al Ankabuut ayat 41 yang di dalamnya Tuhan menggambarkan Kelemahan
berhala-berhala yang dijadikan oleh orang-orang musyrik itu sebagai pelindung
sama dengan lemahnya sarang laba-laba.
[9] Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu
sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah.
dalam ayat ini, Karena mereka itu ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya
Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, Maka mereka itu menjadi sesat.
[10] Yang dimaksud berpasang-pasangan, ialah
jantan dan betina, pahit dan manis, putih dan hitam, besar kecil dan sebagainya.
[11] Yang mereka
maksud dengan sihir di sini ialah ayat-ayat Al Quran
[12] Maksud sunnatullah di sini ialah membinasakan
orang-orang yang mendustakan rasul.
[13] Maksudnya ialah: orang Yahudi amat suka mendengar
perkataan-perkataam pendeta mereka yang bohong, atau amat suka mendengar
perkataan-perkataan nabi Muhammad s.a.w untuk disampaikan kepada
pendeta-pendeta dan kawan-kawan mereka dengan cara yang tidak jujur.
[14] Maksudnya: mereka amat suka mendengar perkataan-perkataan
pemimpin-pemimpin mereka yang bohong yang belum pernah bertemu dengan nabi
Muhammad s.a.w. Karena sangat benci kepada beliau, atau amat suka mendengarkan
perkataan-perkataan nabi Muhammad s.a.w. untuk disampaikan secara tidak jujur
kepada kawan-kawannya tersebut.
[15] Maksudnya:
merobah arti kata-kata, tempat atau menambah dan mengurangi.
[16] Maksudnya Karena mereka berpaling dari kebenaran, Maka
Allah membiarkan mereka sesat dan bertambah jauh dari kebenaran.
[17] K. H. Abdullah Gymnastiar, Op.
Cit., hlm. 2
[18] K. H. Choer Affandi, La Tahzan Innallaha
Ma’ana: Bersama Allah Si Setiap Tempat Dan Waktu, (Bandung: PT. Mizan
Pustaka, 2007), cet. 2, hlm. 19
[20] K. H. Choer Affandi, Loc. Cit.,
[21] K. H. Choer Affandi, Op. Cit., hlm.
21-22
[22] K. H. Choer Affandi, Op.cit., hlm.
22-23
[23] K. H. Choer Affandi, Op.cit., hlm.
23