KEMATIAN
DAN KEBANGKITAN YESUS
Pengikut Yesus meyakini bahwasannya Yesus adalah Kristus, baik itu
setelah kebangkitan maupun sebelum kebangkitan Yesus. Perlu kita ketahui untuk
memertahankan keimanan mereka itu, mereka dihadapkan dengan tantangan, terutama
diguncang secara besar-besaran oleh peristiwa hebat, yakni kematian Yesus yang
disalib. Selain itu, para pengikutnya juga dihadapkan dengan pertanyaan besar,
“Bagaimana menjelaskan bahwa Yesus yang mati disalib itu adalah Kristus?” ,
pertanyaan ini dimunculkan terutamanya oleh orang-orang Yahudi yang dimana
tidak mau menerima dan mengakui bahwa Yesus adalah Mesias. Umumnya, orang-orang
Yahudi beranggapan bahwa tidak mungkin orang yang mati disalib diangkat oleh
Allah menjadi Mesias. Mesias dalam perspektif Yahudi adalah salah satu sosok
pilihan Allah yang dimana sebagai utusan Allah yang diurapi-Nya.[1]
Dari sumber lain dikatakan bahwa dari tulisan-tulisan
Bapa-Bapa Rasul (Apostolic Father) mencatat ada sebagian sekte-sekte
Kristen yang menolak proposisi bahwa Yesus telah disalib. Untuk bukti
otentiknnya penolakan ini termaktub dalam tulisan-tulisan Ignatius, Polikarpus,
Yustin, Irenaus, Tertulian, dan Hipolitus. Pada saat bersmaaan, Apostolic
Father menyajikan semacam Who’s Who Kristen awal yang sesungguhnya.
Contoh khususnya, Trillians (sebuah buku karya Ignatius, yang dimana
merupakan Uskup Antiokhia, w. 110 M). Ketika mengulas peristiwa penyaliban, dia
menulis bahwa ada sebagaian dari orang-orang Kristen dimasanya yang menyangkal
bahwa Yesus pada kenyataannya disalib. Dalam tulisannya, menegaskan bahwasannya
penyaliban Yesus hanyalah penampakan belaka, dengan katalain hanya ilusi saja. [2]
Fakta banyaknya cabang Kristen awal yang menyatakan
bahwa bukanlah Yesus Kristus yang disalib juga bisa diverifikasi kembali dengan
mencermati gospel-gospel apokrif. Misalnya, Gospel Barnabas yang
menetapkan bahwa Yudas Iskariot lah yang disalib bukan Yesus Kristus. Selain
itu, Apokalips[3]
Petrus (the Apocalypse of Peter) 81: 4-82: 33 menetapkan bahwa
penyaliban Yesus hanyalah suatu penampakan saja, bukan kenyataan. Sosok yang
disalib merupakan suatu pengganti atau simulakrum Yesus. Demikian pula, The
Second Tretise of the Great Seth 55: 10-56: 25 menyatakan bahwa bukanlah
Yesus yang disalib, namun Simon (kemungkinan Simon dari Cyrene, yang
diidentifikasi dalam Matius 27: 32, Markus 15: 21, dan Lukas 23: 26 sebagai
orang yang membawa salib Yesus untuknya), dan bahwa Simon tampak menyerupai
Yesus. Paham ini sangalah bberkembang terutama di Mesir diman diterapkan dalam
prinsip fundamentalisnya kelompok Kristen yang disebut Basilidean. Kelompok ini
menyatakan melandaskan prinsipnya itu secara langsung pada ajaran Glaucias,
yang dinyatakan sebgai penafsir Petrus, murid Yesus Kristus. Selain itu
kisah-kisah Yohanes 97-101 melaporjan bahwa penyaliban Yesus adalah sebuah
ilusi.[4]
Dalam sumber lain yang menyatakan bahwa Yesus mati
karena disalib, diawali dengan proses dihukumnya Yesus yakni hukum salib
(hukuman terberat yang ada pada waktu itu), setelah mati Yesus dimasukan
kedalam gua yang dimna gua itu ditutup dengan batu. Ketika hari Sabat telah
berlalu, berbeda wanita pengikut Yesus menuju makam Yesus. Mereka membawa
rempah-rempah untuk melumuri tubuh Yesus sesuai dengan adal istiadat orang
Yahudi bila menguburkan mayat. Ketika mereka hamper tiba di gua, mereka melihat
pintu makam telah bergeser ke samping. Tubuh Yesus sudah tidak ada di
tempatnya. Kemudian mereka malaikat berdiri di sana. “Mengapa kalian mencari
Dia yang hidup di antara orang mati?” Tanya malaikat. “Yesus tidak ada lagi di
sini. Ia telah bangkit.” [5]
Dari penjelasan sekilas ditas, dapat ditarik sebuah
benang merah atau intinya. Bahwasannya dalam peristiwa kematian dan kebangkitan
Yesus dalam pemahaman para Nasrani itu ada perbedaan. Sebagaimana sudah
dijelaskan mengenai salah satu contoh kongkritnya kelompok Basilidean. Dimana
paham mereka ini diperkuat juga dengan paham-paham atau wahyu-wahyu yang
terdapat dalam Alkitab. Kemungkinan besar dalam kelompok ini tidak ada istilah
kebangkitan.
Selain dari pada itu, dengan merujuk kebahasan diatas
bahwa kelompok Basilidean ini mempercayai bahwasannya penyaliban Yesus itu
hanya ilusi saja tidak nyata, dalam artian jika melihat dari gospel-gospel apoktif
terutama Gospel Barnabas jelaslah sudah bahwa yang disalib itu adalah
Yudas Iskariot (murid Yesus yang berkhianat) atau dalam gospel lain adalah
Simon (pembawa salib yang wajahnya mirip Yesus).
[1] St. Eko
Riyadi, Yesus Kristus Tuhan Kita, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2011),
cet. ke- 1, hlm. 46
[2] Dr. Jerald F. Dirks, Abrahamic
Faiths, (Jakarta: PT. SERAMBI ILMU SEMESTA, 2006), cet. I, hlm. 118
[3]
Apokalips, berarti pewahyuan, yang dimana merupakan slah satu bentuk sastra
yang ada dalam ALkitab. Dimana menceritakan penampakan yang berhubungan untuk
meneguhkan keimanan seseorang yang berada dalam keadaan sangat sulit. Sastra ini sangat umum dalam tradisi Yahudi
untuk digunakan sebagai gaya penulisan. Gaya apokalips ini bisa dikenali lewat
karakteristik penulisnya yanga sangat pesimis terhadap dunia namun optimis
terhadap akhirat. Dlam tradisi Kristen, sastra ini terlihat dalam kitad Daniel
dan Wahyu.
[4] Ibid., hlm. 119
[5] Mary Joslin, Kisah
Penyaliban Yesus, (Yogyakarta: PENERBIT KANISIUS, 2007), cet. 2, hlm. 32
Tidak ada komentar:
Posting Komentar