Rabu, 16 Januari 2013

MA'RIFATULLAH

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanahuwata`ala. Sebab, dengan Qadrat dan Iradat-Nya lah penyusun bisa menyusun proposal ini. Salawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita yakni, Nabi muhammad Sallaahu`alaihiwa`alaihiwasallam. Kepada keluarganya, shabat-shabatnya, kepada thai`in wal thabi`it-thabi`itnya, hingga sampai kepada kita selaku umatnya yang insyaallah hingga akhir zaman memegang amanahnya. Aamiin yaa rabbal `alamin.
Makalah ini sedikit banyaknya akan membahas tentang ma’rifatullah. Ditinjau dari berbagai aspek terutama dengan menggunakan pendekatan filosofis.
Penyusun berharap makalah ini bisa menjadi sebuah karya tulis yang memiliki kemanfa’atan baik segi hakikat maupun syari’atnya.
Penyusun ucapkan terimakasih kepada sahabat-sahabat klaster UIN 1 atas do’a nya sehingga makalah ini bisa terselesaikan tanpa ada halangan yang berarti memfatalkan.

Garut, 3 Robiul Awal 1434 H

                                                                                    Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................  1 
Daftar Isi....................................................................................................  2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................  3
1.1.      Latar Belakang...................................................................  3
1.2.      Rumusan Masalah..............................................................  3
1.3.      Tujuan Pembahsan Masalah...............................................  4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................  5
            2.1.      Definisi Ma’rifatullah........................................................  5
            2.2.      Cara-Cara menggapai Ma’rifatullah..................................  6
            2.3.      Urgensi Ma’rifatullah........................................................ 15
BAB III PENUTUP.................................................................................. 21
            3.1.      Kesimpulan........................................................................ 21
            3.2.      Saran.................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang
Keindahan cinta yang hakiki bagi seorang muslim adalah ketika mencintai Allah swt., yang dimana fondasi yang pertama kali dibangun adalah dengan ma’rifatullah (mengenal Allah). Bagi seorang muslim ma’rifatullah ini adalah salah satu bekal yang harus disediakan supaya bisa menggapai prestasi yang setinggi-tingginya. Sebaliknya tanpa ma’rifatullah seorang muslim akan kehilangan keyakinan dan keteguhan hati dalah menjalani hidup dan kehidupannya.[1]
Makalah ini sedikit banyaknya akan membahas tentang ma’rifatullah. Dengan menggunakan analisis pendekatan filosofis dalam ruang lingkup ontologi (hakikat/pengertian), epistemoliogi (metode/cara-cara), aksiologi (nilai guna/manfaat). Adapun untuk lebih jelasnya bisa dibaca dibab berikutnya.
1.2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diats, maka rumusan masalahanya adalah sebagai berikut:
1.      Apakah ma’rifatullah itu?
2.      Bagaimanakah cara untuk berma’rifatullah itu?
3.      Untuk apakah ma’rifatullah itu?
1.3.      Tujuan Pembahasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan pembahasan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui definisi ma’rifatullah
2.      Mengetahui cara untuk berma’rifatullah
3.      Mengetahui urgensi ma’rifatullah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.      Definisi Ma’rifatullah
Ma’rifatullah dan mahabbatullah adalah wilayah rahasia ilahiyah, dimana secara syari’at seorang hamba harus menyambutnya dengan muraqabah (fokus hati hanya kepada Allah), barulah seseorang bisa ma’rifatullah. Jika ada yang mengaku ma’rifat, karena dia tahu sak jeruning winarah atau tahu prediksi masa depan atau bisa memasuki masa lalu, itu bukan ma’rifat. Hanya mu’kasyafah saja, sebagai awal kelas atau tingkat dari perjalanan ma’rifat.[2]
Mengenal Allah swt. (ma’rifatullah) adalah landasan tempat berdirinya Islam secara keseluruhan. Tanpa adanya ma’rifat ini, seluruh amal ibadah dalam Islam atau untuk Islam menjadi tidak memiliki nilai hakiki. Karena ma’rifat itu adalah ruh dari segala amal ibadah.[3]
Ma’rifatullah adalah pengarah yang akan meluruskan orientasi atau juga sudut pandang hidup dari seorang muslim, sehingga timbul keyakinan dalam diri bahwa dia ada didunia ini bukan untuk siapa-siapa melainkan Allah swt.. jika seseorang menegakkan prinsip-prinsip ma;rifatullah dalam kehidupannya maka Allah swt. dengan kekuasaannya akan menundukan alam semesta sebagai fasilitas ini untuk melayaninya hingga dapat dengan mudah menghadapi segala urusan lebih jauhnya akan diberikan sebuah anugerah ru’yah shadiqah (penglihatan hati yang benar).[4]
Ma’rifat al-nafs mengandung arti mengenal diri dan ma’rifatullah adalah mengenal Allah, maka mengenal diri adalah jalan untuk mengenal Allah. Ma’rifatullah, menurut Al-Ghazali, adalah “Fitah bagi setiap orang, dan pengetahuan yang benar tentang segala sesuatu bermula dari pengetahuan akan Allah.”[5]
2.2.      CARA-CARA MENGGAPAI MA’RIFATULLAH
Cara untuk bisa menggapai ma’rifatullah adalah dengan membebaskan diri kita dari beberapa hal berikut:[6]
1.      Bebaskan Diri Dari Kesombongan
 “Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku)[7], mereka tidak beriman kepadanya. dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. yang demikian itu adalah Karena mereka mendustakan ayat-ayat kami dan mereka selalu lalai dari padanya.” (Q. S. Al-Araaf: 146)
2.      Bebaskan Diri Dari Kedzaliman dan Dusta
“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada Islam? dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.” (Q. S. Ass-Shaff: 7)
 “Ingatlah, Hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (Q. S. Az-Zumar: 3)
3.      Bebaskan Diri Dari Tindakan Merusak Bumi, Melanggar Perjanjian Dan Memutuskan Hubungan Yang Seharusnya Disambung
 “Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu.[8] adapun orang-orang yang beriman, Maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan Ini untuk perumpamaan?." dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah,[9] dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik. (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. mereka Itulah orang-orang yang rugi.” (Q. S. Al-Baqarah: 26-27)
4.      Bebaskan Diri Dari Kelalaian
Jika kita ingin agar tanda-tanda kekuasaan Allah itu seluruhnya tampak bagi kita, sebagian dari tanda-tanda itu ada yang langsung tampak saat manusia merenungkannya, jika ada halangan baginya. Ada juga yang memerlukan sekedar penggunaan rasio. Contoh hal adalah seluruh ayat dalam al-Qur’an. Allah berfirman tentang ayat-ayat ini.
 Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan,[10] Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (Q. S. Ar-Ra’d: 3)
 “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Q. S. Ali Imran: 190-191)
Orang yang berpaling dari Allah adalah semata-mata didorong oleh kelalaiannya. Kelalaiannya itu sendiri disebabkan oleh sifat main-mainnya. Kehidupan dunia, seluruhnya, adalah permainan dan senda gurau.
 “Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala keppadamu dan dia tidak akan memint harta-hartamu.” (Q. S. Muhammad: 36)
 “Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya). Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al Quran pun yang baru (di-turunkan) dari Tuhan mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main. (lagi) hati mereka dalam keadaan lalai. dan mereka yang zalim itu merahasiakan pembicaraan mereka: "Orang Ini tidak lain hanyalah seorang manusia (jua) seperti kamu, Maka apakah kamu menerima sihir itu,[11] padahal kamu menyaksikannya?" (Q. S. Al-Anbiyaa: 1-3)
5.      Bebaskan Diri Dari Perbuatan Dosa
 “Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (Q. S. Al-Mutaffiffin: 14)
 “Demikianlah, kami mamasukkan (rasa ingkar dan memperolok-olokkan itu) kedalam hati orang-orang yang berdosa (orang-orang kafir). Mereka tidak beriman kepadanya (Al Quran) dan Sesungguhnya Telah berlalu sunnatullah terhadap orang-orang dahulu.[12](Q. S. Al-Hijr: 12-13)
6.      Bebaskan Diri Dari Keraguan Dalam Menerima Kebenaran, Saat Melihat Dengan Amat Jelas
 “Dan (begitu pula) kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.” (Q. S. Al-An’aam: 110)
Ketika kita telah berhasil membebaskan diri kita dari semua hal itu, tanda-tanda kekuasaan Allah akan tampak bersinar memancar sehingga menyinari seluruh sisi hati, setelah hati tersebut disiapkan untuk menerima cahaya. Akan tetapi, jika hati yang dimiliki adalah hati setan, tentunya akan sangat jauh sekali untuk dapat meraih hidayah dari Allah itu. Ini karena awan yang pekat menghalanginya dari sinaran mentari hidayah. Penyakit dimatanya menghalanginya untuk melihat. Ketuliannya membuat ia tidak dapat mendengar. Kesalahannya bukan pada air tawar, saat orang sakit meminumnya dan merasakannya asin, tetapi pada dirinya yang sakit, yang membuat ia merasakan seperti itu.
“Hari rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu diantara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka:"Kami Telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong[13] dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu;[14] mereka merobah[15] perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. mereka mengatakan: "Jika diberikan Ini (yang sudah di robah-robah oleh mereka) kepada kamu, Maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan Ini Maka hati-hatilah". barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, Maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatupun (yang datang) daripada Allah. mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.”(Q. S. Al-Maa’idah: 41)
Dengan demikian, rahasia selalu terletak pada diri manusia itu sendiri.
 Dan (Ingatlah) ketika Musa Berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, Mengapa kamu menyakitiku, sedangkan kamu mengetahui bahwa Sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepadamu?" Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka;[16] dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (Q. S. Ash-Shaff: 5)
2.3.      URGENSI MA’RIFATULLAH
Disisi lain ma’rifatullah pun sangatlah penting perannya dalam merevolusi kepribadian seorang muslim untuk berubah menuju perubahan yang dahsyat dan hakiki ketika memiliki keyakinan pribadi yang sangat kuat pada Sang Khaliq.  Dengan kekuatan dari iman itu sendiri akan mengakibatkan orang yang pengecut menjadi pemberani, pemalas menjadi rajin. Sehingga siapapun yang ingin perubahan yang positif serta cepat kuncinya dalah dengan membangun keyakinan yang kuat pada Allah swt..[17]
Ma’rifat kepada Allah akan menyucikan jiwa dari sifat buruk, seperti dendam, sum’ah (ingin didengar), riya’ (ingin dilihat), hubb al-jah (gila kedudukan), hubb al-mal (gila harta), dan sifat buruk lainnya. Kesucian jiwa seseorang akan mendorong dirinya supaya terus beramal saleh. Sedangkann amal saleh akan menghapus dosa-dosa, dan kemudian Allah akan menggantikannya dengan pahala yang berlipat ganda.[18] Sesuai dengan yang tertera dalam surat Al-Ankabuut: 7
“Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.”(Q. S. Al-Ankabuut: 7)
Perlu kita ketahui bahwasannya kita hidup didunia yang fana (semu dan sementara) ini, yang penuh akan kesenangan dan kesusahan yang sesaat. Karena seumua itu yang sebenarnya akan kita rasakan nanti di akhirat bukan di dunia. Kita di muka bumi ini diciptakan oleh Allah swt. supaya diketahui orang yang paling benar dan baik amalannya.[19] Sesuai dengan Q. S. Al-Mulk: 2
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Q. S. Al-Mulk: 2)
Selain itu juga Allah swt. hendak membedakan mukmin dari yang kafir, serta mana yang ibadah kepada-Nya dan tidak. Sehingga tidak ada alasan bagin manusia untuk menuduh Allah telah zalim pada makhluknya.[20] Sesuai dengan firmannya:
“ Maka masing-masing (mereka itu) kami siksa disebabkan dosanya, Maka di antara mereka ada yang kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.”(Q. S. Al-Ankabuut; 40)
Dalam manifestasinya Ma’rifat kepada Allah swt. bisa diiringi dengan:[21]
1.      Zikir lisan
mengucapkan atau mengamalkan atupun juga membaca zikir yang sembilan, yaitu tasbih (membaca subnallah), tahmdi (membaca alhamdulillah), takbir (membaca Allahuakbar), tahlil (membaca La Ilaha Illallah), hauqalah (membaca Lahaula wala quwwata illa billah), istighfar (membaca Astaghfirullah), shalawat, membaca Al-Qur’an, dan doa. Para Ulama menamakan lima bentuk zikir lisan yang disebutkan pertama sebagai “al-baqiyat al-shalihat”. Allah swt. berfirman:
“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”(Q. S. Al-Kahfi: 46)
2.      Zikir Fisik (Anggota Badan)
Memanfaatkan setiap gerak langkah di jalan Allah swt., yaitu dengan cara melaksanakan perintah Allah swt., baik mahdhah (langsung kepada Allah), seperti shalat, puasa, dan haji maupun ghair mahdhah (tidak langsung kepada Allah), seperti membantu orang yang kesulitan, sedekah, memerbaiki jalan umum, dan sebagainya.
3.      Zikir jinan (hati)
Mengingat Allah swt. di dalam hati, baik diwujudkan melalui lisan, tafakur (berfikir), atau tadzakkur (berzikir).
            Adapun ibadah yang mencakup ketiga macam zikir diats yaitu shalat. Shalat khusyu akan menjamin seseorang untuk mendapat bebrapa hal sebagai berikut:[22]
1.      Meraih Kebahagian Di Akhirat.
“ Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya.” (Q. S. Al-Mu’minun: 1-2)
2.      Terhindar Dari Perbuatan Jahat Dan Munkar.
“ Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Ankabut: 45)
3.      Menerima Pertolongan Dari Allah
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.”(Q. S. Al-Baqarah: 45)
            Dijelaskan bahwa ma’rifat akan menyucikan jiwa seseorang  yang akan mendorong munculnya amaln saleh yang akan menghapus dosa-dosa yang melekat dalam diri. Hingga jika kita ingin hati tentram tidak mudah putus asa dalam menjalani hidup, tentu kita harus selalu berusaha meraih ma’rifat dari Allah swt.[23]
BAB III
PENUTUP
3.1.      Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini tantang ma’rifatullah adalah sebagai berikut:
1.      Mengenal Allah swt. (ma’rifatullah) adalah landasan tempat berdirinya Islam secara keseluruhan. Tanpa adanya ma’rifat ini, seluruh amal ibadah dalam Islam atau untuk Islam menjadi tidak memiliki nilai hakiki. Karena ma’rifat itu adalah ruh dari segala amal ibadah.
2.      Cara-cara menggapai ma’rifatullah:
a.       Bebaskan diri dari kesombongan
b.      Bebaskan diri dari kedzaliman dan dusta
c.       Bebaskan diri dari tindakan merusak muka bumi, melanggar perjanjian dan memutuskan hubungan yang seharusnya disambung
d.      Bebaskan diri dari kelalaian
e.       Bebaskan diri dari perbuatan dosa
f.       Bebaskan diri dari keraguan dalam menerima kebenaran, saat melihatnya dengan amat jelas
3.      Ma’rifat kepada Allah akan menyucikan jiwa dari sifat buruk, seperti dendam, sum’ah (ingin didengar), riya’ (ingin dilihat), hubb al-jah (gila kedudukan), hubb al-mal (gila harta), dan sifat buruk lainnya. Kesucian jiwa seseorang akan mendorong dirinya supaya terus beramal saleh. Sedangkann amal saleh akan menghapus dosa-dosa, dan kemudian Allah akan menggantikannya dengan pahala yang berlipat ganda.
3.2.      Saran
Jika kita ingin diakui keimanan dan keyakinan kita maka harus didasari dengan ma’rifat yang tinggi pula. Penuh keyakinan dan pengaktualisasian yang nyata. Tidak ada artinya hidup ini tanpa adanya pengabdian yang nyata terhadap Sang Khaliq. Allahuakbar!!!
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim
K. H. Abdullah Gymnastiar. 2022. Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu. Jakarta: Gema Insani Press. Cet. 1
Syaih Sa’id Hawwa. Ma’rifatullah. Bandung: Pustaka Lingkar studi Islam ad-Difaa’
K. H. Choer Affandi. 2007. La Tahzan Innallaha Ma’ana: Bersama Allah Si Setiap Tempat Dan Waktu. Bandung: PT. Mizan Pustaka. Cet. 2
Muhammad Luqman Hakim. 2009. Kedai Sufi Kang Luqman. Yogyakarta: LkiS Printing Cemerlang. Cet. 2
Rani Anggraeni Dewi, Menjadi Manusia Holistik, (Jakarta: PT. Mizan Publika, 2007), cet. 1


[1] K. H. Abdullah Gymnastiar, Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu, (Jakarta: Gema Insani Press, 2022), cet. 1, hlm. 2
[2] Muhammad Luqman Hakim, Kedai Sufi Kang Luqman, (Yogyakarta: LkiS Printing Cemerlang, 2009), cet. 2, hlm. 292
[3] Syaih Sa’id Hawwa, Ma’rifatullah, (Bandung: Pustaka Lingkar studi Islam ad-Difaa’), hlm. 1
[4] K. H. Abdullah Gymnastiar, Op. Cit., hlm. 2
[5] Rani Anggraeni Dewi, Menjadi Manusia Holistik, (Jakarta: PT. Mizan Publika, 2007), cet. 1, hlm. 156
[6] Syaih Sa’id Hawwa, Op. Cit., hlm. 9-13
[7] Yang dimaksud dengan ayat-ayat di sini ialah: ayat-ayat Taurat, tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah.
[8] Diwaktu Turunnya surat Al Hajj ayat 73 yang di dalamnya Tuhan menerangkan bahwa berhala-berhala yang mereka sembah itu tidak dapat membuat lalat, sekalipun mereka kerjakan bersama-sama, dan Turunnya surat Al Ankabuut ayat 41 yang di dalamnya Tuhan menggambarkan Kelemahan berhala-berhala yang dijadikan oleh orang-orang musyrik itu sebagai pelindung sama dengan lemahnya sarang laba-laba.
[9] Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. dalam ayat ini, Karena mereka itu ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, Maka mereka itu menjadi sesat.
[10] Yang dimaksud berpasang-pasangan, ialah jantan dan betina, pahit dan manis, putih dan hitam, besar kecil dan sebagainya.
[11] Yang mereka maksud dengan sihir di sini ialah ayat-ayat Al Quran
[12] Maksud sunnatullah di sini ialah membinasakan orang-orang yang mendustakan rasul.
[13] Maksudnya ialah: orang Yahudi amat suka mendengar perkataan-perkataam pendeta mereka yang bohong, atau amat suka mendengar perkataan-perkataan nabi Muhammad s.a.w untuk disampaikan kepada pendeta-pendeta dan kawan-kawan mereka dengan cara yang tidak jujur.
[14] Maksudnya: mereka amat suka mendengar perkataan-perkataan pemimpin-pemimpin mereka yang bohong yang belum pernah bertemu dengan nabi Muhammad s.a.w. Karena sangat benci kepada beliau, atau amat suka mendengarkan perkataan-perkataan nabi Muhammad s.a.w. untuk disampaikan secara tidak jujur kepada kawan-kawannya tersebut.
[15] Maksudnya: merobah arti kata-kata, tempat atau menambah dan mengurangi.
[16] Maksudnya Karena mereka berpaling dari kebenaran, Maka Allah membiarkan mereka sesat dan bertambah jauh dari kebenaran.
[17] K. H. Abdullah Gymnastiar, Op. Cit., hlm. 2
[18] K. H. Choer Affandi, La Tahzan Innallaha Ma’ana: Bersama Allah Si Setiap Tempat Dan Waktu, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2007), cet. 2, hlm. 19
[19] Ibid., hlm. 20
[20] K. H. Choer Affandi, Loc. Cit.,
[21] K. H. Choer Affandi, Op. Cit., hlm. 21-22
[22] K. H. Choer Affandi, Op.cit., hlm. 22-23
[23] K. H. Choer Affandi, Op.cit., hlm. 23